Pendudukan Jepang di Indonesia
Halo readers,
saya sekarang ingin mengemukakan pengetahuan saya dan wawasan saya tentang
Jepang masa kini maupun ketika pendudukannya di Indonesia masa pada masa
penjajahan. Yuk, simak baik-baik ya !
Yang saya tahu
dari Jepang adalah negara dengan tingkat teknologi yang tinggi bahkan bisa
dibilang tercanggih se-Asia. Karya-karya muda-mudi Jepang yang mampu bersaing
dengan para seniornya lah yang membuat Jepang semakin melonjak naik. Jepang
juga terkenal dengan penghasil ikan terbesar di dunia. Lauk pauk utamanya pun
terkenal enaknya, yaitu ikan. Walaupun kadang tidak dimasak matang-matang,
tetapi rasanya dan sensasinya menggugah selera pecinta kuliner dunia, contohnya
seperti sushi, sashimi, tempura, dan
lain sebagainya. Jepang juga dikenal dengan angka harapan hidup yang tinggi.
Sebagian besar penduduknya hidup diatas usia rata-rata biasanya. Orang tua di
Jepang biasanya umurnya berkisar 60-80 tahunan, bahkan tak jarang yang berusia
di atas 90 tahun. Namun, angka kelahiran di Jepang sangat rendah. Itulah mengapa
hanya sedikit jumlah anak-anak di Jepang.
Setelah
pendudukan Jepang di tanah air, Jepang membuat kebijakan-kebijakan.
Di bidang militer Indonesia dibagi menjadi
tiga daerah militer yang masing masing dikendalikan oleh angkatan darat (rikugun) dan angkatan laut (kaigun). Ketiga wilayah militer ini
berada di bawah pimpinan komando panglima besar tentara Jepang di Asia Tenggara
yang berpusat di Vietnam. Daerah tersebut meliputi :
1)
Daerah Jawa dan Madura dengan pusat di Batavia
berada di bawah kendali angkatan laut.
2)
Daerah Sumatera dan Semenanjung Melayu dengan
pusat di Singapura, berada di bawah kendali angkatan darat.
3)
Daerah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku, dan Papua berada di bawah kendali angkatan laut.
Di bidang Ekonomi, Jepang mengendalikan seluruh aktivitas
perekonomian. Terjadinya pengeksploitasian besar-besaran dalam SDA, seperti
sandang, pangan, logam, dan minyak hanya demi kepentingan perang. Berikut
beberapa kebijakannya :
1.
Menyita aset-aset ekonomi yang penting. Jepang
menyita berbagai macam hasil alam seperti teh, kopi, karet, dan tebu, hingga
bank dan perusahaan-perusahaan penting. Banyak lahan pertanian terbiarkan
begitu saja karena kebijakan difokuskan pada ekonomi dan industry perang. Ini
menyebabkan terjadinya krisis pangan, kemiskinan, juga kelaparan yang melanda
rakyat.
2.
Melakukan pengawasan yang ketat di bidang
ekonomi. Jepang pun menerapkan sanksi yang berat. Pengawasa itu diterapkan
kepada penggunaan dan peredaran sisa-sisa persediaan barang. Pengendalian harga
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya ketidakstabilan harga.
3.
Menerapkan kebijakan self-sufficiency. Kebijakan ini bermaksud agar tidak memberikan
beban yang berat terhadap pemerintah. Wilayah-wilayah bawahan diharuskan
memenuhi kebutuhannya sendiri secara mandiri. Namun, kebijakan ini memberikan
dampak buruk yang membuat terputusnya hubungan ekonomi antar daerah.
4.
Mengharuskan pribumi menyerahkan stok wajib,
romusha, dan membuat produksi pangan merosot hingga kelaparan. Pada tahunn
1944, kondisi politis dan militer Jepang tidak stabil sehingga membuat tuntunan
akan kebutuhan bahan-bahan perang meningkat. Untuk mengatasi hal tersebut,
Jepang melakukan serangkaian kampanye penyerahan bahan-bahan pangan dan barang
secara besar-besaran melalui jawa hokokai
dan nagyo kumiyai serta instansi
resmi pemerintah. Jepang mengharuskan rakyat menyerahkan bahan makanan 30%
untuk pemerintah, 30% untuk lumbung desa, dan hanya 40% untuk pemiliknya.
Sistem ini membuat rakyat semakin menderita, ditambah lagi dengan romusha atau kerja paksa ala Jepang.
Di
bidang sosial, Jepang banyak menerapkan sistem kerja paksa yang diberlakukan
kepada para pribumi. Mereka tak hanya dipaksa bekerja membangun
sarana-prasarana pendukung perang, namun juga dipekerjakan di negara lain
seperti Malaysia dan Thailand. Bahkan hingga ada yang tak kembali ke kampung
halamannya karena meninggal dunia. Jepang juga menerapkan jugun ianfu. Perempuan-perempuan dari berbagai negara direkrut untu
dijadikan perempuan penghibur tentara Jepang. Perempuan ini awalnya dijanjikan akan
bekerja sebagai perawat, guru, atau disekolahkan di luar negeri. Namun,
nyatanya hanya sekadar sebagai wanita penghibur.
Di
bidang kebudayaan, Jepang menoba memperluas budayanya yaitu seikerei atau menghadap hormat ke arah
timur di tempat matahari terbit. Ini menyebabkan pecahnya pemberontakan di
Tasikmalaya oleh kalangan pesantren pada tahun 1944. Pengaruh kesenian Jepang
seperti film, musik, drama acapkali digunakan sebagai alat propaganda. Banyak
lagu Indonesia diangkat dari lagu-lagu Jepang. Pemerintah Jepang juga
mendirikan pusat kebudayaan yang disebut keimin
bunkei shidoso. Ini digunakan sebagai wadah perkembangan kesenian bangsa
Indonesia. Namun, pusat kebudayaan ini juga diarahkan untuk mengawasi agar
kesenian-kesenian tersebut tidak menyimpang dari kebudayaan Jepang. Pembatasan
juga diberlakukan terhadap pers sehingga semua pers di bawah pengawasan Jepang.
Di
bidang pendidikan, jumlah sekolah menjadi semakin turun dianding kependudukan
Hindia-Belanda. Aktivitas di beberapa perguruan tinggi sempat terhenti hingga
dibuka lagi pada 1943. Sistem pembelajaran yang diberlakukan juga ditujukan
pada kepentingan perang. Pelajar diberikan slogan Hakko Ichiu (Delapan Penjuru Dunia Di Bawah Satu Atap) untuk
menyatukan kawasan kemakmuran bernama Asia Timur Raya dalam PD II. Krisis pada
bidang pendidikan diperparah dengan dipekerjakannya guru sebagai pejabat
pemerintahan Jepang, sehingga mutu pendidikan merosot.
Perbedaan Kualitas Jepang dan Indonesia Di Masa Kini
Menurut
pengamatan saya selama ini, Indonesia tak terlalu tertinggal oleh kemajuan
Jepang. Indonesia tak kalah kaya akan kekayaan sumber daya alam lautnya.
Sebenarnya Indonesia memiliki potensi yang lebih tinggi dari Jepang, namun
pengelolaan SDA tersebut yang kurang baik sehingga potensi yang ada tak dapat
dimanfaatkan secara maksimal.
Namun, di bidang
teknologi, Indonesia bisa dibilang cukup tertinggal. Jepang sudah dapat membuat
robot sendiri, bahkan ada yang sangat mirip dengan manusia. Akan tetapi,
Indonesia juga sebenarnya bisa membuat pesawat terbang sendiri yang dikelola
oleh PT. Dirgantara. Namun, dengan adanya krisis moneter tahun 90-an membuat
proyek-proyek besar terhenti. Sehingga, teknologi Indonesia tidak berkembang.
Komentar
Posting Komentar