Van De Venter, Keadilan setelah Ketidakadilan
Van De Venter menerapkan Sistem Politik Etis yang berpengaruh terhadap perkembangan rakyat nusantara, diantaranya:
- Politik etis sangat berpengaruh dalam bidang pengajaran dan pendidikan yaitu dalam pengembangan dan perluasan dunia pendidikan dan pengajaran di Hindia Belanda. Salah satu orang dari kelompok etis yang sangat berjasa dalam hal ini adalah Mr. J.H. Abendanon (1852-1925) yang merupakan Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan dari tahun 1900 sampai dengan 1905.
- Sejak tahun 1900 mulai berdiri sekolah-sekolah, baik untuk kaum priyayi maupun rakyat biasa yang hampir merata di daerah-daerah
- Terjadi pertukaran mental antara orang-orang Belanda dan orang-orang pribumi. Kalangan pendukung politik etis merasa prihatin terhadap pribumi yang mendapatkan diskriminasi sosial-budaya. Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka berusaha menyadarkan kaum pribumi agar melepaskan diri dari belenggu feodal dan mengembangkan diri menurut model Barat, yang mencakup proses emansipasi dan menuntut pendidikan ke arah swadaya.
- Mulai banyak berdiri organisasi pergerakan nasional sebagai suatu dampak dari berkembangnya mental dan pemikiran bangsa Indonesia sebagai salah satu hasil dari kemajuan pendidikan nasional yang dialami oleh para penduduk pribumi khususnya. Namun, terdapat kekurangan, yaitu:
- Kebijakan ini hanya ditujukan bagi orang pribumi (eksklusif). Buktinya adalah bahwa pembangunan lembaga-lembaga pendidikan hanya ditujukan untuk kalangan pribumi. Sementara orang-orang campuran tidak dapat masuk ke tempat itu.
- Bagi mereka yang ingin melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi harus pergi ke Eropa, yang biayanya sangat mahal. Pandangan pemerintah kolonial yang memandang bahwa hanya orang pribumilah yang harus ditolong ditentang oleh Ernest Douwes Dekker. Menurutnya, seharusnya politik etis ditujukan bagi semua penduduk Hindia Belanda (Indiers) yang di dalamnya termasuk orang Eropa yang menetap (blijvers) dan Tionghoa.
Komentar
Posting Komentar